Tak ada tumbuhan hidup di jarak 100 meter dari pinggir sungai yang mengalir di kota ini.
VIVAnews - Karabash merupakan sebuah kota kecil di
kawasan Chelyabinsk, Rusia. Kota berpenduduk 15 ribu orang itu mulai
ramai sejak tahun 1822, setelah para penambang menemukan cadangan emas
di kawasan tersebut.
Di awal abad ke-20, penambang juga mulai
menggali tembaga dari perut bumi. Sayangnya, setelah beberapa dekade
biji tembaga dikuras dan masyarakat mendirikan pabrik peleburan logam,
kota itu kemudian berubah menjadi kawasan darurat ekologi.
Seperti dikutip dari EnglishRussia,
6 Januari 2011, setiap tahun, pabrik itu mengeluarkan 180 ton gas yang
kemudian jatuh ke bumi dalam bentuk hujan asam di kawasan sekitarnya.
Sebagai bukti parahnya polusi dan hujan asam itu, pegunungan di sekitar
Karabash kehilangan seluruh pohonnya.
Kota Karabash sendiri
sangat berdebu, masyarakat kerap mengalami gangguan pernafasan. Tumor,
eksim, batu ginjal, pikun, pertumbuhan tidak normal, dan kelumpuhan otak
merupakan penyakit yang umum terjadi.
Pada sungai yang mengalir
di kota itu, konsentrasi zat besi mencapai 500 kali lipat dibanding
rata-rata. Tidak ada tumbuhan yang mampu hidup dalam jarak 100 meter
dari pinggir sungai.
Meski kondisi ekologi di Karabash sudah
mulai membaik, fasilitas perawatan sudah mulai dibangun, akan tetapi
kondisi daerah itu masih jauh dari normal. Gas dan asap yang keluar dari
proses peleburan tembaga terus dihembuskan. Padahal emisi itu tidak
pernah disaring sebelumnya. Gundukan material limbah pabrik juga
mencapai tinggi lebih dari 50 meter.
Dengan
hujan asam yang turun terus menerus, nyaris seluruh vegetasi mati.
Hujan angin juga menghanyutkan tanah dan gunung-gunung berubah menjadi
bongkahan batu.
Akhir 1989, pabrik di Karabash dihentikan karena
situasi ekologi yang semakin parah. Seperlima penduduk kehilangan
pekerjaan dan kota itu mengalami periode krisis. Namun meningkatnya
masalah akibat sosioekonomi membuat produksi pabrik di kota itu kembali
digulirkan pada tahun 1998. (hs)
Kota Berpolusi Terparah di Planet Bumi
Dian Akbar.J.ASearch
Akbar Riqsa. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar